Stolen Songbird - Negeri Troll yang Hilang


Stolen Songbird
by. Danielle L. Jensen
Paperback, 496 pages
Published by. Fantasious

Cécile,
Ada banyak yang ingin kusampaikan kepadamu - begitu banyak, sehingga seandainya aku memiliki waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari, untuk menulis surat ini, itu tidak akan cukup. Semua kata di dunia ini dan selanjutnya tidaklah cukup. Tapi bahkan tinta pada halaman ini mengering, kau sekarat. Aku tak punya waktu lagi selain memberitahumu bahwa aku mencintaimu, dan dengan harapan kau bertahan hidup untuk membaca surat ini, untuk memperingatkanmu. Kau tidak boleh kembali ke Trollus. Hanya kematian yang menunggumu di sini. 


Cécile de Troyes tak pernah mengira takdirnya serumit ini. Ketika harusnya Ia sedang berbahagia merayakan ulang tahunnya dan menyongsong masa depannya di panggung-panggung megah di Trianon, Ia malah terdampar di Trollus. Kota para troll. Luc menculiknya, dan menukarnya dengan emas para troll seharga berat badannya.

Kaum troll mengira Cécile bisa menjadi salah satu kunci melenyapkan kutukan penyihir yang melingkupi kota Trollus selama lima abad.. Kutukan yang akhirnya menuliskan takdir hidupnya berujung pada pengikatan dirinya dengan Pangeran Tristan de Montigny, putra mahkota Kerajaan Trollus. Tadinya pilihannya hanya dua, keluar dari Trollus atau mati. Tapi lagi-lagi takdir menyeretnya untuk terlibat lebih jauh dengan mereka..


***

Ketertarikan kepada buku ini bermula dari seorang teman yang katanya jatuh cinta dengan Tristan. Dan ternyata emang Tristan itu manis banget sih :D

Buku ini tidak menawarkan sesuatu yang baru kecuali deskripsi penulis tentang troll. Selama ini, persepsi aku tentang troll ya seperti troll yang dikalahkan Hermione di buku Harry Potter yang pertama. Bengis dan jelek, bukan seperti Tristan de Montigny :D

Kemudian, buku ini juga menghadirkan konsep kasta. Di Trollus, konsep kasta ini dibagi tiga.. Pertama adalah troll darah murni, yang kedua adalah troll darah campuran, dan yang ketiga adalah manusia.

Karena parameter kemuliaan seseorang (atau sesetroll?) di kota Trollus adalah kekuatan sihirnya, maka troll darah murni jauh lebih terhormat dibanding golongan yang lain. Keturunan hasil perkawinan troll dengan manusia akan memiliki sihir yang lebih lemah dibandingkan jika troll menikah kembali dengan troll. Oleh karena itulah keluarga Montigny memimpin Kota Trollus. Merekalah yang memiliki sihir paling kuat.

Ayah Tristan, Thibault de Montigny tak menyukai troll darah campuran ataupun manusia. Dia menjadikan para darah campuran yg memiliki kekuatan sihir agak kuat sebagai budak-budak kerajaan dan membuat peraturan bahwa setiap yg berdarah campuran dapat dimiliki sebagai budak troll berdarah murni.

Konsep darah murni dan darah campuran ini memang mengingatkan kita pada buku Harry Potter. Begitupula dengan prinsip untuk menempatkan darah murni di atas golongan yang lain. Thibault jadi terlihat mirip seperti Voldemort walau perannya dalam novel ini tidak banyak sehingga tidak menimbulkan kesan mencekam seperti Voldy.

Namun yang menarik dari novel ini adalah sisi romantismenya. Si penulis berusaha menempatkan romantisme tak hanya sebagai pelengkap cerita saja seperti di Harry Potter, namun juga berperan penting. Gara-gara ini sih jadinya karakter Tristan begitu menggemaskan dan pengorbanan Anaïs jadi bikin aku menyukai karakter ini pada akhirnya. Tapiiii aku sebel banget, dua kali moment kemesraan Tristan dan Cécile selalu harus terhenti gara-gara kepergok orang lain. Ish...

Karakter-karakter dalam buku ini juga menarik. Favoritku bukan Cécile ataupun Tristan, tapi antara Marc atau si kembar Vincent dan Victoria. Masih galau antara ketiga karakter tersebut. Marc itu sahabat sekaligus sepupunya Tristan. Pelukable banget deh.. Sedangkan si kembar Victoria dan Vincent, aku suka mereka karena karakter mereka di buku ini menghibur banget. Pengen meluk Victoria dan Vincent juga.

Aku ngakak deh ngebayangin mereka yang selalu berlomba untuk menentukan siapa diantara mereka yang paling kuat sehingga berhak atas status kepala rumah tangga (ingat.. Di Trollus itu yg dilihat bukan perempuan atau pria, tapi siapa yg memiliki sihir paling kuat.) Perlombaannya tuh bukan yang keren gitu, tapi lama-lamaan bernapas dalam air, atau lama-lamaan berdiri dengan satu kaki, yah pokoknya lomba-lomba konyol gitu deh hahaha.. Semoga yaa.. Entar ada buku yg bercerita khusus tentang mereka.

Namun terlepas dari kemiripannya dengan buku Harry Potter di beberapa hal, buku pertama ini cukup menarik minatku untuk melanjutkannya ke buku kedua.. 3 stars out..

Review ini diikutkan dalam


1 comment

  1. Status darah sudah sering sekali dipakai, tapi ternyata di sini troll juga punya status darah ya? :)) *baru tau*

    Btw, di banyak buku fantasi ada beberapa jenis troll, biasanya yang sering dipakai dua jenis troll biasa dan troll gunung, apakah di buku ini ada pengelompokan seperti itu juga?

    ReplyDelete