Homeless Bird

Homeless Bird
By. Gloria Whelan
Paperback, 183 pages
Published by. Atria


Mari kita coba mengingat-ingat apa yang sedang kita lakukan saat berumur 13 tahun? Umm.. Saat umur 13 tahun, sepertinya aku sedang sangat menikmati masa remajaku. Berangkat sekolah dengan riang, mengidolakan boyband westlife, sampai mulai naksir lawan jenis. 

Namun tidak dengan Koly. Koly adalah seorang anak perempuan India berusia 13 tahun, dia tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua saudara laki-lakinya. Kholy tidak bersekolah. Dalam lingkungan mereka, wanita tidak perlu bersekolah. Wanita harus belajar hal-hal yang berguna seperti memasak, menyulam dan membereskan rumah agar bisa mengurus rumah tangganya kelak. Dan satu lagi, para wanita juga dinikahkan oleh orang tuanya dalam kisaran umur seperti Koly. Dan begitupula yang terjadi pada hidup Koly.

Koly dinikahkan dengan Hari . Ibu dan ayah mertuanya membohongi kedua orang tua Kholy. Mereka berkata bahwa anak mereka berusia 16 tahun. Namun kenyataannya Hari berusia tak jauh dari Koly, dan sialnya juga menderita tuberkolosis. Pesta sudah dipersiapkan, keluarga Koly tak mungkin mundur, karena hal tersebut adalah aib bagi keluarga mempelai perempuan.

Ayah dan ibu mertua yang biasa disapa dengan panggilan sass dan sassur oleh Koly, sengaja menikahkan anak mereka yg masih kecil demi mas kawin yang rencananya akan digunakan untuk membiayai pengobatan tuberkolosisnya. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.. Hari akhirnya meninggal dunia. Koly bahkan sudah menjadi janda walaupun belum merasakan indahnya malam pertama.

Di India, menjadi janda bisa dibilang neraka. Ditambah menjadi janda di usia muda dan tinggal di rumah mertua yang tidak menyukaimu, super neraka uh?

Setelah ayah mertuanya wafat, ibu mertuanga membuang Koly ke kota para janda. Namun di sinilah Koly mencoba merajut asa.. Mencari secercah harapan bahwa takdir baik mungkin menghampirinya..

***
Ada saat-saat dimana aku merasa beruntung sekali dilahirkan sebagai seorang wanita di keluargaku dan tinggal di Jakarta. Yang pertama adalah ketika ada larangan wanita untuk mengemudi di Saudi.

Yang kedua adalah saat aku mengernyitkan dahi ketika mengetahui peraturan-peraturan -yang katanya syar'i- di Aceh yang berdampak pada perempuan muslim di sana. What the efffmaaann.. Perempuan dilarang duduk ngangkang di sana karena akan menimbulkan pikiran jorok di otak para pria.. Hahahha knp ga otak mereka saja yg dikeluarkan lalu digulai sehingga gak bisa berpikir kotor?

Yang ketiga adalah karena Malala. Aku merasa sangat beruntung sekali bisa mengenyam pendidikan di sini hingga setinggi-tingginya, bisa meraih apapun cita-citaku tanpa perlu berhadapan dengan moncong senjata.

Yang keempat adalah karena buku ini. Dulu mungkin ada image kalau wanita pada umur tertentu belum nikah, berarti aib. Kalau cepat nikah, terhormatlah kedudukan keluarga mereka karena anaknya cepat laku. Tapi masa-masa jahiliyah tersebut sudah mulai ga berlaku di sini, terutama di kota besar ya. Cukuplah mengabaikan pertanyaan "kapan nikah?" yang muncul setiap moment silaturahim dengan keluarga besar, maka menjadi jomblo pun akan terasa membahagiakan.

Selain itu.. Buku ini mengajarkan banyak ya.. Selain budaya yang berkembang di India sana, buku ini juga mengajarkan tentang ketabahan hati Koly. Bahkan dia masih berusaha bersikap lebih baik lagi agar ibu mertuanya menyukainya. Lalu bagaimana semangat Koly untuk belajar yang tak pernah padam. Dia begitu bersemangat belajar membaca, menulis dan menikmati puisi.

Four stars out for this book :)

No comments