Salah Asuhan


Salah Asuhan

by. Abdoel Moeis
242 pages, paperback
Published by Balai Pustaka, 1992


Cerita dimulai di lapangan tenis. Sepasang pemuda dan pemudi sedang asik bercengkrama. Yang pria adalah Hanafi, seorang pemuda asal Solok, dan yang wanita adalah Corrie du Busse, gadis cantik blesteran Indonesia dan Perancis. Ayah Corrie adalah seorang arsitek yang tertarik dengan Indonesia dan akhirnya hatinya juga terpaut dengan gadis asal Indonesia, hingga lahirlah Corrie. 

Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1928, tahun dimana Belanda masih menjejakkan kaki di Indonesia.. dan pun demikian dengan setting waktu di buku ini.

Hanafi, seorang pribumi yang tumbuh besar di lingkungan Belanda. Ibunya menyekolahkan dia di Betawi, jauh dari Solok.. dan menitipkannya pada salah satu keluarga Belanda. Harapan besar ibu dan keluarga adatnya agar Hanafi menjadi pemuda yang pintar lagi berbudi sehingga bisa mengangkat derajat kampung adatnya.

Namun lama tinggal bersama keluarga Belanda membuat Hanafi menjadi malu akan asal usulnya. Inlander itu hina. Dia bisa berbahasa Belanda, dan selalu bergaul dengan orang-orang eropa lainnya.. tak pantaslah kalau ada orang yang masih menggolongkan dia masuk ke dalam "kasta pribumi".

Akibat pikirannya inilah, Hanafi berani berangan-angan untuk menyunting Corrie du Busse..

Perjalanan cinta Hanafi dan Corrie tak mulus, walau akhirnya Hanafi meninggalkan istri dan anaknya demi menikah dengan Corrie, rumah tangga mereka pun tidak berlangsung bahagia selamanya. Perbedaan status membuat hubungan mereka tegang.

Bagaimana akhir kisah Hanafi dan Corrie? Silahkan membacanya sendiri.

***


Sudah lama sekali saya tak membaca sastra lama Indonesia. Terakhir kalinya itu pas SMU, itupun tugas dari guru Bahasa Indonesia hehhe..

Bahasa dan gaya bercerita dari sastra lama, tentunya tidak memanjakan para pembacanya. Banyak kata-kata yang terasa aneh pada zaman sekarang, begitu pula buku ini. Seperti fiil yang maksudnya adalah feel, atau galib dll. Ditambah lagi, pengarang buku ini berdarah minangkabau.. sehingga gaya bahasa minang pun tercampur baur di buku ini. Bikin makin pengen jambak-jambak rambut aja hahaha.. Sudah gitu, kayaknya penulisnya malas ngasih footnote, sehingga ada bagian dari buku ini yang buat saya mengawang-ngawang ketika membacanya sangking tidak ngertinya.

Namun itulah mungkin ke-khas-an karya sastra pujangga-pujangga lama..

Dari segi tema yang diangkat, menurut saya.. Salah Asuhan justru unggul dibandingkan novel roman zaman sekarang. Tak hanya konflik tentang cinta, namun juga ditambah dengan konflik adat dan bahkan nasionalisme juga masuk di sana. Sungguh komplit dan menghasilkan cita rasa sastra yang mewah.

Tiga bintang untuk buku ini.. ^^ dan thanks to Blogger Buku Indonesia yang mengadakan baca bareng buku-buku balai pustaka. Semoga lain kali, ada kesempatan lagi untuk membaca buku-buku sastra Indonesia yang lain.

2 comments

  1. Gambar sampulnya agak mengingatkan dengan buku klasik terbitan penguin, heheh.

    ReplyDelete
  2. dan....karena tema bacanya seperti itu saya jadi punya urge buat ngoleksi novel2 balai pustaka aaaa >_<

    ReplyDelete