Days of Blood and Starlight


Days of Blood and Starlight
by. Laini Taylor


Setelah menunggu hampir setahun, akhirnya sekuel dari Daughter of Smoke and Bone edisi terjemahan ini rilis juga. Review Daughter of Smoke and Bone sendiri bisa dilihat di sini. Buku yang sangat menyulitkan #fiuh. Akibat gap setahun antara terbitnya buku pertama dan kedua, membuat aku harus membaca ulang buku pertama sebelum membaca buku ini. Errr.. sebenarnya buku kedua sudah aku baca duluan sih dengan keadaan bingung dan dipaksakan akibat lupa detail-detail pada buku pertama. Seperti Danyang.. aku lupa istilah dahyang itu merujuk pada apa, mencari via google pun tidak membantu, karena danyang menurut google adalah hantu pohon. Dan itu sangat tidak cocok untuk buku ini.  Jadi "rute" membaca buku inipun menjadi :

Memaksa baca buku kedua -> bingung -> akhirnya nyerah, baca balik buku pertama sampai selesai -> balik lagi baca buku kedua

Nyusahin kan? 

Okay.. cukup curhatnya. Balik ke buku ini. Karou akhirnya mengetahui siapa diri dia yang sebenarnya. Rahasia masa lalu Karou yang ternyata adalah Madrigal, seorang chimaera dari bangsa Kirin disimpan oleh Brimstone di dalam tulang garpunya. Dan memory tersebut kembali setelah Dia dan Akiva mematahkannya. Namun sayangnya, semua portal yang menghubungkan dunia manusia menuju keluarga chimaeranya telah dibakar oleh para kawanan seraphim, termasuk oleh Akiva dan teman-temannya. Sementara Akiva yang tahu kalau ternyata Brimstone membangkitkan kembali Madrigal ke dalam sosok Karou harus memendam rasa penyesalannya yang teramat sangat. Yah.. secara tidak langsung, dia telah membunuh Brimstone dan Chimaera yang lain yang telah menyelamatkan Madrigal. Goresan tatto di jari-jarinya yang bertambah sangat banyak sejak pertemuan terakhirnya dengan Madrigal kini menghantuinya..

Setelah mendapat info dari Razgut tentang portal terakhir yang masih tersisa, Karou langsung menuju ke portal tersebut untuk menuju dunianya, dunia chimaera.

Bagaimanakah keadaan Loramendi setelah serangan yang dilakukan bangsa seraphim? Bagaimanakah nasib Karou selanjutnya? Apakah cinta Akiva dan Karou akan bersatu?

Yah well, silahkan baca sendiri.. soalnya susah untuk aku cerita di sini tanpa ngasih spoiler. Yang pasti.. tokoh favoritku di cerita ini dimatiin sama Laini Taylor :'(

***
Buku ini lumayan agak lama aku tamatkan, mungkin sekitar semingguan. Banyaknya tokoh-tokoh sampingan baru dalam buku ini membuat aku harus berpikir sedikit untuk mengingatnya. Lalu terjemahan yang gak oke kalau dibandingkan dengan buku yang pertama. Padahal penerjemahnya sama. Contohnya adalah penggunaan kata Haram Zadah untuk menyebut pasukan tempat Akiva bernaung. Aku tahu kalau haram zadah itu artinya anak haram, karena memang pasukan seraphim terbentuk dari anak-anak haram Kaisar dengan para hareemnya. Tapi, di lingkungan sekitarku (entah deh di tempat yang lain) Haram Zadah itu umpatan.. orang- orang di sini kalau bersumpah serapah itu seperti "Dasar haram zadah! Cuih.." dan yang mirip-mirip kayak gitu deh. Makanya aku agak gimana gitu ya sepanjang membaca buku ini. Lagipula sebutan Pasukan Haram Zadah atau Pasukan Anak Haram juga aneeeeeeh dibacanya. Kenapa gak pake aslinya aja misbegotten misalnya.

Untuk jalan ceritanya sih lumayan menarik ya, ditambah lebih banyaknya bumbu romance dalam cerita ini. Ada Ziri, Akiva, Suzana and Mik dan serta Thiago. Tapiiiii... di akhir-akhir buku ini dimana sang malaikat tertarik dengan senjata perang milik manusia itu membuat aku mengernyitkan dahi. Entahlah menurut penggemar fantasy yang lain, tapi buat aku yg amatir banget dalam hal per-fantasy-an ini, memasukkan senjata-senjata perang manusia berdampingan dengan cerita tentang malaikat dan chimaera sungguh merusak "kesakralan" fantasy itu sendiri. Kebayang gak sih kalau chimaera diburu oleh F16? Atau diberondong dengan AK47? Aku sih gak kebayang dan males ngebayanginnya. Emang Laini Taylor ini agak suka nyleneh nih nulis cerita. Setelah di buku pertama dia mendeskripsikan seraphim hanya ras biasa, melenceng dari pengertian yg sebenarnya, sekarang di buku kedua nyleneh lagi. Tapi untuk yang satu ini aku beneran ga bisa terima deh..
Sudah gitu kebanyakan tokoh tambahan. Ini tokoh-tokoh tambahannya semiga ga muncul lagi di buku ketiga ya, kalau gak rute membaca di atas akan berulang lagi.. --"

Yah.. tiga bintang aja buat buku ini.. 

No comments