Matilda


Matilda

by. Roald Dahl
Paperback, 264 pages
Published by. Gramedia Pustaka Utama


Awal perkenalanku dengan Matilda bisa dibilang terjadi secara tidak sengaja. Saat itu aku sedang menelusuri discussion thread di Goodreads Indonesia tentang buku-buku feminisme. Ceritanya.. saat itu aku sedang ingin menambah pengetahuanku tentang novel-novel yang bercerita tentang feminisme, karena saat itu aku terpikir untuk menulis mengenai buku-buku kiri dalam suatu event Guest Post yang digagas oleh Blogger Buku Indonesia. Saat itu, aku melihat ada salah satu member dari GRI yang merekomendasikan buku ini sebagai salah satu buku tentang feminisme. Serius Matilda? Yang buku anak-anak karangan Opa Roald Dahl itu? Iyup! 

Pada akhirnya aku memang tidak jadi menulis tentang buku-buku kiri, namun info kalau buku "Matilda" ini berisi tentang feminisme mengulik rasa penasaranku. Pucuk dicinta ulam pun tiba saat Lina bilang ada diskonan dan buku ini hanya dihargai Rp 15000 saja (maaf ya Opa Dahl, klo gak diakonan susah nyari buku ini soalnya..)

Matilda Wormwood adalah anak bungsu di keluarganya. Ayahnya, Mr. Wormwood adalah seorang penjual mobil bekas. Sedangkan ibunya gemar bermain lotre. Dari penampakan luar, Matilda sebenarnya biasa-biasa saja. Penampilan fisiknya layaknya anak umur empat tahun.. tak ada istimewa. Itu kalau kita belum mengenal Matilda yang sesungguhnya. Ternyata, Matilda memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Di umur satu tahun, dia sudah pandai bicara tanpa cadel, di umurnya yang tiga tahun.. dia sudah pandai membaca.. bahkaaann.. di umurnya yang empat tahun tiga bulan, dia sudah melahap karya-karya penulis besar, sebut saja Dickens. 

Namun sayangnya, keluarganya menganggap hal itu tidak penting. Sama dengan banyak keluarga di masa lampau, memiliki anak perempuan bukan merupakan hal yang dapat dibanggakan sekalipun anak itu sejenius Matilda. Ia dikatakan berisik dan banyak omong. Orang tuanya tidak peduli minat Matilda terhadap dunia membaca. Anak kecil cukuplah dengan menonton televisi. Begitu pikir mereka. 

Tetapi, hal tersebut lantas tidak membuat Matilda patah arang. Setiap siang hari ketika sang ibu sudah berangkat bermain Bingo di pusat kota, Matilda akan menyusuri jalan di desanya untuk menuju ke Perpustakaan Umum Desa. Sejak saat itu, dengan dibantu Mrs. Phelps, imajinasi Matilda terbang jauh bersama buku-buku yang sedang dibacanya.

Sebenarnya petualangan Matilda tidak sampai di situ.. Banyak hal yang membuat Matilda menggunakan otaknya yg jenius itu ketika dia berhubungan dengan ayahnya yang menyebalkan.. Matilda mencoba balas dendam atas setiap tindakan ayahnya yang dirasa sudah menyakiti dirinya.. ada saja yang dia lakukan, dari mulai ulahnya dengan gel superlengket, larutan peroksida, hingga burung beo milik temannya.. Begitu pula ketika Matilda akhirnya menyelamatkan Miss Honey, guru kesayangannya di sekolah. Umm.. walaupun untuk hal ini, aku menyarankan untuk tidak ditiru jika ada adik-adik yang membacanya.. balas dendam itu tidak baik. Namun sisi yang lain, buku Matilda ini mengajarkan kita untuk tidak pasrah terhadap keadaan.. karena jika Matilda tidak nekat pergi ke perpustakaan daerah, tentunya dia tidak akan pernah bertemu dengan indahnya rangkaian-rangkaian kata Dickens.

Sedangkan untuk sisi feminisme seperti yang sudah aku singgung sedikit di atas, ternyata buku ini hanya bercerita tentang anggapan keluarga zaman dahulu tentang "nilai" memiliki anak perempuan dan laki-laki. Cukup nyebelin sih sebenarnya pola pikir Mr. dan Mrs. Wormwood ini.. tapi ulasan tentang feminisme tidak terlalu mendalam. Mungkin karena Opa Dahl memang menulis buku ini untuk ditujukan buat anak-anak ya.. Tapi.. aku suka Matilda. Four stars for this book :)

Oh iya, yang terakhir.. makasih ya Lina atas bonus postcard (eh beneran kan ini postcard) dan bookmarknya.. 


2 comments

  1. masih di timbunan, kapan-kapan BBI perlu bikin posbar buku2 Roald Dahl atau Jacqueline Wilson.

    Iya Moon, itu poscard :D

    ReplyDelete
  2. Aku nyari donlotan filmnya kok susah ya?
    Er.. tapi baca bukunya dulu deng sebelum nonton. Hehe.
    ((masih ketimbung))

    ReplyDelete